Kamis, 04 Januari 2018

Minat Pribadi dan Rekreasi


                                              Minat Pribadi dan Rekreasi


Definisi Minat Pribadi dan Rekreasi

    Minat Pribadi : suatu daya yang mengarahkan individu untuk memanfaatkan waktu luangnya dalam melaksanakan hal – hal yang paling disenangi untuk dilakukan. Rekreasi : perwujudan dari pelaksanaan minat pribadi seseorang, dimana orang dapat menurunkan ketegangan fisik dan psikis melalui berbagai kegiatan yang menyenangkan.

Proses Perubahan dalam Rekreasi Dewasa Awal

Terdapat 3 aspek yang menyebabkan perubahan rekreasi :
1.  Pertambahan usia
            Pertambahan usia seseorang membawa pengaruh terhadap rekreasi dan polarekareasi yang dilakukan. Dimana pada memasuki masa remaja awal , seorang remaja leih menyukai berada diluar rumah. Karena merasa nyaman dengan teman dan lingkungan luarnya. Begitu pula masa senggang yang dimiliki seorang remaja sangat banyak dan dalam masa dewasa awal seseorang memiliki pola hidup sendiri-sendiri. Karena setelah seseorang terlepas dari kelompoknya, sekolahnya, dan mungkin perguruan tinggi nya. Minat rekreasi seseorang semakin tinggi karena sudah merasa tidak terikat oleh apapun.

2.  Perubahan status perkawinan
            Pada perubahan status perkawinan ini sangat sinkron atau nampak perubahan yang terjadi dalam melaksanakan rekreasi. Karena yang tadi nya seseorang rekreasi hanya untuk diri sendiri, sekarang harus memikirkan keluarga baru nhya tersebut entah itu suami/istri dan anak-anak nya. Dan kebanyakan pada perubahan status perkawinan ini seseorang saat ingin merencanakan rekreasi mereka melihat biaya nya terlebih dahulu, dan jika biaya memungkinkan rekreasi dapat dilaksanakan diluar rumah dan sekitarnya. Dan jika biaya nya tidak memungkinkan bisa di lakukan di halaman rumah seperti piknik kecil-kecilan.

3. Perubahan status jabatan/pekerjaan

            Pada perubahan jabatan juga pola rekreasi seseorang akan berubah bahkan pola hidup nya pun berubah. Jika seseorang yang naik jabatan otomatis dia memiliki biaya yang lebih untuk berlibur. Dan jabatan seseorang juga mempengaruhi tempat makan,hotel dan derah wisata yang akan ia kunjungi. Karena yang tadinya seseorang hanya sanggup di hotel bintang tiga setelah jabatan nya naik seseorang tersebut mungkin saja menginap di hotel yang berbintang lima. Tetapi pada naik jabatan pula waktu seseorang untuk berlibur akan lebih sedikit berkurang karena kewajibannya yang baru akibat dari naik nya jabatan tersebut dan begitu pula sebaliknya.

Pola rekreasi  dewasa awal

1.  Orientasi tempat penggunaan waktu luang

             Orientasi nya itu dibagi menjadi 2; yang diorientasikan penggunaanya dalam ruangan atau “homw-centered use” dan yang diorientasikan diluar ruangan atau mayarakat “community-centered use” . maksud yang didalam ruangan seperti, menonton tv, menjahit, mendengarkan radio , dll. Sedangkan yang diorientasikan diluar ruangan seperti memancing ikan,kegiatan concert musik dan teater , dsb.

2.   Jumlah anggota yang berpartisipasi

              Pola rekreasi dapat digolongkan kedalam; rekreasi secara kelompok seperti acara keluarga, bersenang-senang bersama seluruh anggota keluarga. Ada pula rekreasi individual yaitu rekreasi yang tidak melibatkan orang lain atau anggota keluarga lain, seperti menonton film di luar rumah,membaca, dsb.

3. Nilai status sosial yang menyertai

Yaitu dilihat ada yang elit dan ada yang sederhana. Pola elit seperti, berbelanja di toko-toko ternama, relaksasi di tempat spa, dll.

Ragam rekreasi dewasa awal

Bercakap cakap
Olahraga dan permainan
Bersenang – senang /pesta – pesta
Menonton bioskop
Mengerjakan hobby
Mendengarkan musik
Mengikuti program radio
Mengikuti program tv/menonton tv
membaca

Rabu, 15 Februari 2017

Pedagogi Paulo Freire

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan proses penting dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan, seseorang dapat mengaktualisasi dirinya dengan mengembangkan potensi yang dimiliki. Dalam pendidikan pasti ada yang mendidik dan yang didik. Idealnya, seorang pendidik harus mampu menciptakan suasana belajar yang memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik. Dan cara atau metode nya pun harus berbeda-beda dalam mengajar peserta didik tersebut. Seperti metode untuk mengajar orang dewasa adalah Andragogi dan metode untuk memgajar anak kecil adalah Pedagogi.
Dan Pedagogi adalah ilmu atau seni dalam menjadi seorang guru. Istilah ini merujuk pada strategi pembelajaran atau gaya pembelajaran.

Pedagogi juga kadang-kadang merujuk pada penggunaan yang tepat dari strategi mengajar. Sehubungan dengan strategi mengajar itu, filosofi mengajar diterapkan dan dipengaruhi oleh latar belakang pengetahuan dan pengalamannya, situasi pribadi, lingkungan, serta tujuan pembelajaran yang dirumuskan oleh peserta didik dan guru. Dan tokoh pencetus atau yang merumuskan metode Pedagogi adalah Paulo Freire. Dan Paulo Freire tersebut akan kita bahas dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah
1.    Bagaimana Riwayat hidup Paulo Freire?
2.    Apa isi teori Paulo Freire?
3.    Bagaimana implikasi teori Paulo Freire dengan praktik pendidikan masa kini?

C.  Tujuan
1.    Menjelaskan riwayat hidup Paulo Freire.
2.    Mengetahui isi teori Paulo Freire.
3.    Menjelaskan implikasi teori Paulo Freire dengan praktik pendidikan masa kini. 



BAB II
PEMBAHASAN

A. Riwayat hidup Paulo Freire

Paulo Freire lahir tanggal 19 September 1921 di Recife,Brazil. Freire hidup di tengah-tengah hiruk pikuk Perang Dunia I yang marak terjadi penindasan dan kapitalisme terhadap masyarakat golongan bawah. Dalam Buku Mengenal Filsafat Pendidikan karya Rukiyati dan L. Andriyani, dikatakan bahwa pedagogi kritis diperkenalkan oleh Paulo Freire (1921-1997), seorang pendidik dari Brazil yang sangat terkenal. Freire memiliki gelar doktor ilmu sejarah dan filosofi pendidikan. Awalnya, Freire mengambil studi ilmu hukum dan setelah lulus berpraktik sebagai pengacara tetapi tidak lama. Dalam waktu singkat, Freire berubah profesi menjadi seorang pendidik untuk masyarakat bawah yang disebutnya kaum tertindas (Oneil, 2002:655). 
Ia juga seorang aktivis politik; seorang progresif yang bersemangat dan penuh kepercayaan bahwa belajar tidak dapat dipisahkan dari kesadaran politik dan kesadaran politik tidak dapat dipisahkan dari tindakan politik. Paulo Freire hidup dalam masa pemerintahan militer, pembuangan, dan bahkan pernah memegang kekuasaan politik sebagai menteri pendidikan Sao Paulo. Dalam jabatan itu, Freire membuat kebijakan untuk pendidikan beratus-ratus ribu siswa. Semua pengalamannya ini, justru memperbesar komitmennya kepada orang-orang yang tersingkir, yang tak berdaya, yang terpinggirkan, yang lapar, dan yang buta huruf.
Di tahun 60-an, Freire terlibat aktif dalam gerakan pemberantasan buta huruf yang masih meliputi jutaan rakyat di negerinya. Lantaran ia juga memberikan pendidikan agar rakyat miskin Brazil jadi melek politik, ia memperoleh banyak tantangan dari orang-orang yang menudingnya menghimpun kekuatan politik. Perebutan kekuasaan secara militer terjadi di Brazil pada tahun 1964; Freire terusir dan menetap  Chile, hingga tahun 1979 dan ia belum memperoleh izin untuk kembali ke Brazil. Tahun 1970, Freire diserahi jabatan sebagai penasihat di Kantor Urusan Pendidikan Dewan Gereja Sedunia di Genewa, Swiss. Teori-teori pendidikan Freire telah dikaitkan dengan gerakan teologi pembebasan yang marak di Amerika Latin karya-karyanya antara lain adalah sebagi berikut.
1.    Education: the Practice of Freedom (Pendidikan sebagai Praktik Pembebasan, 1976)
2.    Education for Critical Consciousness (Pendidikan bagi Kesadaran Kritis, 1973)
3.    Pedagogy of The Oppressed (Pendidikan Kaum Tertindas, 1970)
4.    Cultural Action for Freedom (Aksi Kebudayaan demi Kebebesan, 1970) (Oneil, 2002:656). 

B. Isi teori Paulo Freire
Teori yang dicetuskan oleh Freire adalah Teori Kedadaran (1970).
Teori kesadaran membiasakan masyarakat mengenal kemampuan mereka sendiri untuk menumbuhkan kelembagaan demokrasi yang benar (melalui pendidikan). Sesuai dengan karyanya Pedagogy Of The Opperessed, Freire menegaskan bahwa tugas teori sosial adalah conscintizaso atau proses penyadaran terhadap sistem dan struktur yang menindas. Dalam Sudjana (1991) konsep mengenai penyadaran atau conscientization digunakan untuk membangkitkan kesadaran diri warga masyarakat terhadap lingkungannya. Kesadaran ini ditumbuhkan melalui gerakan pendidikan pembebasan. Dimana dalam gerakan pendidikan ini, warga masyarakat sebagai peserta didik dipandang sebagai subjek yang aktif dan berpotensi, bukan sebuah objek yang hanya sebagai penerima sesuatu secara pasif dan Paulo Freire (1970), membagi ideologi teori sosial dalam tiga kerangka besar yang didasarkan pada pandangannya terhadap tingkat kesadaran masyarakat. Ketiga tingkatan kesadaran masyarakat tersebut adalah : kesadaran magis, kesadaran naif, dan kesadaran kritis. Secara sederhana kaitannya dengan system pendidikan adalah sebagai berikut, yaitu :
1. Kesadaran Magis
Kesadaran magis adalah kesadaran yang tidak mampu mengaitkan faktor sebab dan faktor akibatnya, sehingga cenderung mengarahkan penyebab masalah dan ketidakberdayaan masyarakat dengan faktor diluar manusia. Masyarakat secara dogmatik menerima kebenaran dari teori sosial tanpa ada mekanisme untuk memahami makna dibalik teori tersebut. Misalnya, seseorang yang memandang kemiskinan tanpa tahu menghubungkannya dengan factor budaya ataupun politik. Kalau orang tersebut mencoba memecahkan masalah kemiskinan maka dia tidak akan melihatnya dalam kerangka system.
Bahkan pemecahan masalahnya sering kali tidak memiliki keterkaitan langsung dengan permasalahan yang dihadapi akibat ketidakmampuannya menghubungkan satu faktor dengan faktor yang lain dalam kerangka sistem. Tanpa ada upaya untuk memahami benang merah dari setiap permasalahan, orang dengan tipe seperti ini cenderung dogmatik terhadap yang akan dikatakan kepadanya.
2.  Kesadaran Naif
Melihat aspek manusia sebagai akar penyebab masalah masyarakat. Dalam konteks ini berarti tidak mempermasalahkan sistem dan struktur karena sistem dan struktur sudah dianggap benar. Sehingga masyarakat diarahkan untuk beradaptasi dengan sistem dan struktur tersebut, disebut juga paradigma reformatif. Mengapa ada jurang pemisah yang lebar antara yang miskin dan kaya? Dalam kerangka kesadaran naif, hal ini karena kesalahan orang miskin itu sendiri yang bodoh dan malas bekerja.
Orang dengan tipe kesadaran naif, bisa jadi juga tidak memahami kerangka system, tapi bedanya dengan kesadaran magis, dia selalu menimpakan setiap permasalahan ke persoalan pribadi. Sistem telah menentukan standar-standar tertentu untuk menjadi sukses, kaya, baik, atau apapun itu. Jika ada masyarakat yang tidak mampu beradaptasi, itu bukan karena system yang bermasalah, tapi individu, atau aspek masyarakat itulah yang bodoh.
  
3. Kesadaran Kritis
Melihat aspek sistem dan struktur sebagai sumber masalah. Bertugas menciptakan ruang dan kesempatan agar masyarakat terlibat suatu penciptaan struktur yang secara lebih fundamental, baru dan lebih baik. Disebut juga paradigma transformatif. Maka dalam pandangan ini, masyarakat harus dididik untuk menemukan keterkaitan antar setiap system, menemukan celahnya, lalu berusaha membangun ruang baru yang lebih mengembangkan potensi masyarakat. Kesadaran ini, akan berusaha menghapuskan ketidakadilan dalam system. Jika system yang berlaku adil, dalam pandangan paradigma transformatif ini, tentunya tidak akan ditemukan permasalahan berarti di dalam masyarakat.
System yang baik akan menggiring masyarakat ke arah yang lebih baik, dan begitu pula seharusnya. Dengan demikian, masyarakat harus dididik dalam pola yang dialogis untuk menyelesaikan berbagai permasalahan. Kesadaran transitif kritis, situasi dimana masyarakat mampu memandang kritis lingkungannya, memisahkan dirinya dengan keadaan sekitar yang menindas, kemudian bertindak untuk membebaskan dirinya.

C. implikasi teori Paulo Freire dengan praktik pendidikan masa kini.

Implikasi teori Paulo Freire dengan praktik pendidikan masa kini. Di tingkat kesadaran yang pertama, yaitu kesadaran magissiswa hanya menerima dengan serta merta apa yang diberikan guru dan mematuhi seluruh instruksi guru. Tidak ada proses dialog yang terjalin antara guru dengan siswa, sehingga siswa tidak merasa bahwa sesungguhnya ia tertindas. Di tingkat kesadaran yang kedua, siswa sudah mengetahui bahwa apa yang dikatakan guru tidak selalu sesuai dengannya, tetapi siswa belum mau bertindak atau berusaha untuk mematahkan pendapat guru. Di tingkat kesadaran yang ketiga, siswa berusaha secara sadar mengubah atau mengganti sistem yang menindas menjadi sistem yang adil dan bisa mereka kuasai.



BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan harus dapat menyadarkan kaum tertindas agar mempunyai kesadaran kritis. Terdapat tiga kesadaran, yang pertama kesadaran magis adalah individu yang tidak melawan atau mengubah realitas hidupnya, mereka justru menyesuaikan diri dengan realitas yang ada.Yang kedua kesadaran naïf. Pada tingkat kesadaran ini, individu sudah mengetahui penyebab keadaan tertindas itu namun mereka belum mau beraksi. Pada tingkat kesadaran ketiga ini orang mampu menafsirkan secara mendalam permasalahan yang dihadapinya.

Implikasi teori Paulo Freire memiliki 3 tingkat kesadaran, yaitu tingkat kesadaran yang pertama dimana kesadaran magis siswa hanya menerima dari guru saja dan tidak terjadi dialog. Di tingkat kesadaran yang kedua yaitu siswa sudah mulai berfikir bahwa semua apa yg dijelaskan guru tidak sesuai dengannya tetapi belum ada gerakan sama sekali. Dan di tingkat kesadaran yang ketiga siswa sudah mulai secara sadar mengubah sistem yang ada. Maksud nya siswa sudah bergerak menjadi sumber belajar bukan hanya dari guru saja.

B. Saran
Pendidikan di Indonesia harus sebisa mungkin di ubah cara belajar nya , kurikulum nta dengan lebih baik lagi. Agar pendidikan di Indonesia tidak hanya bersifat Kuantitas tetapi juga harus bersifat Kualitas. Supaya dapat menghasilkan generasi pengubah.




Daftar Pustaka


Guru SD: Pedagogi Kritis
Pedagogi - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

kreativita's: keberlakuan teori kesadaran paulo freire